Rabu, 15 Februari 2012

"Si Monyet dan Sang Katak"

"Berebut Pekarangan"

Dahulu kala tinggallah seekor Katak dan Monyet yang hidup bersebelahan. Rumah mereka agak berjauhan karena terpisah oleh tanah pekarangan. Katak mempunyaipekarangan yang sangat luas, sedangkan monyet hanya mempunyai pekarangan yang sempit. Entah disengaja atau tidak, rumah sang monyet selalu didirikan pas pada garis batas tanah yang dia miliki tanpa menyisakan sedikitpun untuk menfasilitasi masyarakat umum.
Pada suatu hari monyet berkata,
“ Hai kau katak, apa kau tidak tahu pohon kelapamu itu sangat mengganggu.”
“loh, memang kenapa bu Monyet?”
“sewaktu-waktu kelapamu akan jatuh dan mengenai genteng rumahku, dan tak hanya buahnya saja bisa jadi batang pelepah daunnya yang sudah tua pun bisa menjatuhi gentengku.”
“ maafkan aku katak. Pohon kelapa adalah pohon yang tua. Ini ditanam oleh orangtuaku dulu. Dan dahulu jalan ini masih sempit.”
Monyetpun meninggalkan katak yang menurutnya sudah tak biasa diajak kompromi. Kemudia dia masuk rumah dan mencoba mengatur siasat.
“ Wah si  Katak bodoh itu sangatmenyebalkan, dia sangat egois.  Kalau semua ini diteruskan pastilah merugikan diriku. Rumahku pastilah akan rusak hanya karena buah kelapa di pekarangan katak”
Kemudian Monyet mengambil minyak tanah, kemudian menyiramkannya dibawah pohon kelapa milik katak.
“hahahahahah rasakan kau Katak, tak lama lagi pohonmu akan tumbang karena akarnya menyerap kimia dari minyak ini.”
“aku akan melihat reaksi katak, biar kau tau rasa. Sekiian lama kamu telah menghabis-habiskan genteng rumahku.”
Rekayasa Monyet telah berhasil, pohon kelapa katak kini tak hidup selayaknya lagi. Pohon berangsur layu dan bakal buahnya selalu berguguran. Buah kelapa yang hampir tua pun kini berjatuhan.
“ Bu Monyet, sepertinya pohonku kelapa ini mau mati ya. Kok bisa layu seperti ini?”
“gag tau ya, itu tu artinya Tuhan negur kamu pak katak. Aku kan udah bilang lebih baik pohonmu itu kamu di tumbangkan saja agar tidak mengganggu rumahku .”
“aku tidak punya uang bu katak, ongkos buat manggil tukang gergaji kan mahal.”
“ah kamu katak, bisanya cuman alasan. Bilang saja kalau kau ini mau menguasai smua tanah pekaranganmu.”
‘” tidak bu, semoga saja tidak”
Sang monyet sangat acuh terhadap kata-kata dari pak katak dan kemudian pergi meninggalkan pak Katak sendirian.
“ hasyeeeeekk,,,,berhasi-berhasil”teriak sang Monyet dalam hati.
Pada suatu ketika, monyet melakukan tamanisasi dihalaman rumahnya. Halamana rumahnya sudah sangat sempit untuk ditanami karena depannya terdapat jalan umum.
“ Na Na Na na nanana...”
“wah bu, kyaknya bahagia banget nih” kata sang kelinci menghampiri.
“enggaak juga”
“Loh kok bisa? Wah bagus ini tanam-tanam bunga. Pastilah rumah kamu akan indah ya bu.”
“ ow iya jelas dong”
“ Wadwuh bu, tapi bukannya ini tanah sangat terbatas. Lama kelamaan bunga seperti ini akan memenuhi halaman. Apakah ibu tidak takut kalau ini akan mengganggu jalan umum,”
“ Akh kamu tau apa, ini pekarangan kan masih milikku.”
“ Maaf bu, bagaimana kalau ada truck besar lewat dan tidak muat melewati jalan ini.”
“ Y biarin aja lah, itu bukan urusanku. Yang penting ini masih tanah milikku. Sekarang kamu lihat, ini adalah patokbatas rumahku.berarti ini masih merupakan hakku. Aku bebas menanamiapapun disini.”
Dan datanglah anak sang monyet yang masih ingusan dan berkata.
“ Ini tanah masih milikku mbak, kamu gak usah banyak bicara. Terserah kami maumenananmi apa sja disini.”
“ Maaf ya, aku cuman menyarankan. Bahwa yang namanya fasilitas umum itu wajib kita jaga dan memberikan ruang untuknya. Bukan malah mempersempit seperti ini.”
“ Mbak, asal kamu tau. Ini jalan sudah ada batasnya. Dan kami tidak menanami jalan.’
“kalau pak katak menanami pekarangan hingga batas, ibu kamu selalu protes. Kenapa giliran dia malah menananmi pekarangannya sendiri hingga batas. Trus selama iniberarti kalian cuman iri ya sama pak Katak. Kok malah menirunya.”
Sang kelinci sudah jera memberikan komentar dan berlalu saja meninggalkan si Monyet dan anaknya. Dalam hatinya berkata,”ya sudah lah, aku cuman mau ngasih nasehat. Bukan buat ngajar bertengkar.lebih baik aku pergi.”
Dan suatu hari datanglah hujan yang sangat deras dibarengi dengan semburan angin yang sangat kencang.
“Wusssshhhhhhhh........wus...swuuusss....”
“wah hujannya gede banget.”
“Prakkkkk,,,,,,GROMMMMBYEEEEENggggggg !!!!!!!!!
Pohon kelapa milik pak katak tumbang mengenai rumah sang Monyet.

Writen by: Daun Anyelir 16/02/2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar